Minggu, 14 Agustus 2011

Lirik Justin Bieber - U Smile

Oh
Yeah
Mmmm

I’d wait on you forever and a day

Hand and foot
Your world is my world
Yeah
Ain’t no way you’re ever gon’ get
Any less than you should
Cause baby
You smile I smile (oh)
Cause whenever
You smile I smile
Hey hey hey

Your lips, my biggest weakness

Shouldn’t have let you know
I’m always gonna do what they say (hey)

If you need me

I’ll come running
From a thousand miles away
When you smile I smile (oh whoa)
You smile I smile
Hey

Baby take my open heart and all it offers

Cause this is as unconditional as it’ll ever get
You ain’t seen nothing yet
I won’t ever hesitate to give you more
Cause baby (hey)
You smile I smile (whoa)
You smile I smile
Hey hey hey
You smile I smile
I smile I smile I smile
You smile I smile
Make me smile baby

Baby you won’t ever work for nothing

You are my ins and my means now
With you there’s no in between
I’m all in
Cause my cards are on the table
And I’m willing and I’m able
But I fold to your wish
Cause it’s my command
Hey hey hey

You smile I smile (whoa)

You smile I smile
Hey hey hey
You smile I smile
I smile I smile I smile
You smile I smile
Oh

You smile I smile


You smile I smile

Jumat, 12 Agustus 2011

Kau di Hati Kami

            “Fa, berapa nilai kamu????” tanyaku pada Ifa, sahabatku.
            “Dikit. Totalnya cuma 1012 aja. Kamu berapa, Frin???”
            “Alhamdulillah, 1023. Hehehe, tapi kok dikit ya???” kataku sambil garuk-garuk kepala.
            “Kamu tuh nggakk bersyukur banget, sih. Nilai segitu dibilang dikit. Emang yang banyak tuh berapa???”
            “Ya……, kayak si Rahman. Dia selalu dapet nilai tertinggi. Keren kan???”
            “He’eh. Ya udahlah. Bu Dian udah masuk.” Kami segera kembali ke tempat duduk kami berdua. Ifa memang sudah duduk bersamaku sejak kelas 8. Hari ini adalah hari pertamaku menempati ruang kelas baru dan menjadi anak kelas 9 tentunya. Aku bertemu teman-teman lamaku yang dulu waktu kelas 8 berpisah kelas. Maka dari itu, aku langsung senang ketika aku kembali bersama teman-temanku yang dulu dan memulai hari dengan mereka. Berhubung ini hari pertama, jadi belum ada pelajaran yang akan menyangkut di kepala kami.
            Bu Dian adalah wali kelasku kelas 9 ini sekaligus guru fisika kami. Dia terkenal sebagai guru yang tegas diantara guru-guru kami yang lain. Mungkin, beliau akan menceramahi kami hari ini. Kita lihat.
            “Assalamu’alaikum Wr. Wb.”
“Wa’alaikumsalam Wr. Wb.”
“Anak-anak, berhubung ini hari pertama kalian menjadi anak kelas 9, saya pribadi ingin mengucapkan selamat datang untuk kalian yang telah menjadi lebih dewasa dari tahun kemarin. Bagaimana kalau hari ini kita bagi pengurus kelas saja???” kata Bu Dian kepada kami. Kebanyakan dari kami mengangguk, tapi sebagian lagi malah ditinggakl ngobrol. Seperti aku dan Ifa.
“Fa, kayaknya aku perlu menyesuaikan diri lagi deh???”
“Menyesuaikan diri gimana, Frin???
“Ya, gitu. Kita kan udah jarang ngobrol ama mereka-meraka yang waktu kelas 8 nggakk bareng. Jadi, ngerasa beda aja gitu.”
“Iya sih, emang. Tapi, paling bentar lagi kita udah akrab ama yang lain kayak dulu.”
“Semoga aja. Oh ya, gimana liburannya???”
“Kayak gitu. Nggakk enak banget. Aku aja liburan cuma ke Bandung aja. Itupun sekali.”
“Masih mending. Aku?? Di rumah aja. Bantu mama.” Dan bla bla bla. Kami asyik banget ngobrol tentang liburan kami dan curhat ini itu. Sampai nggakk nyangka kalau Bu Dian udah pergi entah kemana.
“Bu Dian mana???” tanyaku pada Illa, temanku yang dulu beda kelas waktu kelas 8.
“Dia udah selesai ngomong. Mungkin ke kantor. Kalian aja yang nggakk tahu. Kalian ngapain sih dari tadi???”
“Biasa. Curhat. Males kali dengerin guru ceramah di depan kelas.” Illa hanya geleng kepala mendengar jawabanku. Sekarang giliran temanku, Yanti yang akan ceramah di depan kelas – ini anak lumayan alay.
“Teman-teman, sekarang kita mau ngadain acara pemilihan pengurus kelas. Langsung aja, sipa yang bakal jadi kandidat ketua kelas???”
“Rahman.”
“Setya.”
“Andre.”
“Terserahlah. Yang penting orangnya bertanggungjawab,” kataku selagi mereka meneriakan nama ketiga temanku tadi. Rahman sama Andre memang bisa dikategorikan anak yang bertanggungjawab. Tapi kalau Setya??? Nggakk sama sekali malah. Dia itu agak lumayan aneh, kocak, nggak nyambung ama yaaa……… rada-rada gila gitu.
“Aku setuju ama kamu, Frin. Gimana kalau kandidatnya si Rahman ama Andre aja???”
“Sipppp………” jawab teman-temanku kompak sambil mengacungkan jempol mereka. Dulu, waktu kelas 7, kan si Setya yang jadi ketua kelas. Gilanya???? Ampun deh pokoknya. Gimana nggakk??? Dia aja anaknya kayak gitu. Nggakk meyakinkan sebagai ketua kelas.
“Siapa yang setuju si Rahman jadi ketua???”. Yanti mulai menghitung jumlah anak yang mengacungkan tangan. 1, 2, 3……… 30 anak yang mengacungkan tangan. Hebat banget. 30 dari 40 anak milih Rahman??? Kerennnn……… (sambil ngacungin jempol).
“Artinya, si Rahman yang jadi ketua dan si Andre yang jadi wakil. Trus, sekretarisnya??”
“Kamu aja, Ti”, kata Setya memprovokatori yang lain.
“Aku??? Siapa yang setuju???”
“Udahlah terima aja”, kataku.
“Ya deh. Siapa yang setuju???”
“Aku”
“Aku”
“Aku” kata teman-temanku. Jujur ya, aku tuh nggak suka ama Yanti. Karena ya tadi, alay nya banget. Tapi kalau masalah jadi sekretaris, aku dukung.
“Aku sekretaris. Bendaharanya???”
“Si Sari aja,” kata seorang temanku. Setelah aku cari-cari, ternyata Diki. Dia itu nggak sekelas ama aku dulu. Tapi dia sekelas ama Illa. Temanku yang satu ini, aku nggak tahu pasti gimana orangnya. Tapi kalau dilihat selama ini, dia bisa dibilang cukup rusuh seperti Setya. Tapi baik anaknya. Eh, kok nglantur??? Kita kembali ke si Alay.
“Sari, kamu yang jadi bendahara. Mau nggak???”
“Aku??? Hiii………, jangan deh ………, yang lain aja gimana???” kata Sari membela diri dengan teriakan histerisnya. Temanku yang satu ini dari kelas 7 sampai kelas 9, selalu satu kelas sama aku. Anaknya itu asyik, blak-blakan, dan ceplas-ceplos (asal ngomong). Kayak tadi, langsung teriak cuma buat bela diri sambil histeris. Gila kan???
Pemilihan pengurus kelas udah kelar. Gantian jam kosong yang biasa kami manfaatkan untuk mengobrol tentang apa saja yang bias diobrolkan.


~~#~~


            “Assalamu’alaikum ………”, ucapku saat memasuki ruang kelas. Lho, kok sepi???, batinku.
“Pada kemana, La???” tanyaku pada Illa. Tapi dia tak menjawab. Saat dia memandangku, ternyata dia sedang menangis.
“Kenapa, La??? Kamu nangis kenapa???” Tangisnya semakin keras. Aku duduk di sampingnya dan mencoba menenangkannya. Tiba-tiba dia menyerahkan handphone-nya padaku. Aku kaget dan langsung membaca apa yang tertera di handphone-nya.

Innalillahi wa innaillaihi rojiun
Tlh brplg, Diki Hunggul P. Meningl Rabu, 14 jul 2010 jm 22.30 wib.
Akn d makmkn hr ni jm 10

By : Elfa

Deg. Jantungku serasa berhenti saat itu juga. Gimana nggakk??? Diki, temanku yang aku bilang rusuh itu, meninggakl??? Nggakk, nggakk mungkin. Ini paling cuma bercanda. Ini bercanda, batiku sambil menggeleng-gelengkan kepala sebagai tanda aku tak percaya hal itu.
“La, ini cuma bercanda kan???” tanyaku sambil mengguncang-guncang bahu Illa. Tapi jawaban Illa langsung membuatku menangis. Dia menggeleng yang artinya itu tidak bercanda. Langsung saja, aku ikut menangis bersama Illa dan memeluknya. Kami sesenggukan berdua sambil berpelukan.
“Frin, La, kalian kenapa nangis???”, tanya Ifa yang baru datang dan langsung menghampiri kami berdua. Aku langsung menyerahkan handphone Illa padanya. Dia juga langsung terkejut setelah membaca pesan tersebut.
“Ini bo’ongan kan???”, tanya Ifa histeris. Aku langsung geleng kepala. Dan seperti reaksiku tadi, Ifa langsung menitikkan air matanya dan geleng-geleng kepala merasa tidak percaya akan hal itu.
Tak lama, aku melihat semua teman-temanku terutama yang perempuan, memasuki kelas dengan mata yang lebam seperti habis menangis. Aku yakin, mereka semua telah mengetahui kabar buruk tersebut. Aku melihat Elfa, temanku yang memberitahu akan kabar tersebut, menangis dipojok kelas. Tiba-tiba dia maju ke depan kelas.
“Teman… teman, Inn..na...lill...la...hi wa...inn...na...ill...ai...hi...rojiun. Telah... berpulang... teman... kita, Diki...Hunggul... (kami semua langsung menangis waktu nama Diki disebutkan), Prakoso…tadi malam. Akan dimakamkan…… jam 10” kata Elfa sambil menahan tangis. Setelah kata-katanya selesai, dia langsung berlari menuju ke bangkunya dan kembali menangis.


~~#~~

Kemarin…………

Ketika mimpimu yang begitu indah,
tak pernah terwujud..ya sudahlah
Saat kau berlari mengejar anganmu,
dan tak pernah sampai..ya sudahlah (hhmm)

Apapun yang terjadi, ku kan slalu ada untukmu
Janganlah kau bersedih..coz everything’s gonna be OKAY

            Itu lagu terakhir yang dinyanyikan Diki. Dia menyanyikan lagu ini bersama teman-temanku yang lain. Saat menyanyikan lagu tersebut, Diki terlihat melamun. Aku tak tahu apa yang ia pikirkan, apa mungkin ini sebuah pertanda??? Sebelumnya, aku juga sempat mengobrol dengan Ifa.
“Fa, aku kemarin baca novel. Katanya, kalau orang yang udah meninggakl atau yang mau meninggakl, cekungan diantara hidung ama mulutnya udah nggak kelihatan ya???”
“Hah??? Masa???” saat itu juga, Diki menatapku. Aku langsung balik menatapnya. Tak sengaja, aku menatap cekungan antara hidung dan mulutnya. Alhamdulillah, masih cekung. Tak tahu kenapa, aku lega melihat itu.
Tapi apa, hari ini Diki meninggaklkan kami semua dengan cara seperti ini. Kabarnya, Diki meninggakl karena kecelakaan motor pukul 10.30 malam bersama kakaknya. Saat itu juga, keduanya langsung menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya.
Hari ini, kami dikumpulkan di lapangan dan diadakan upacara dadakan. Tapi bukan upacara pengibaran bendera, namun upacara pemberitahuan mengenai meninggaklnya Diki. Kami yang sekelas dengannya masih menangis meski kami sedang mengikuti upacara. Tapi bagi yang tak tahu menahu, mereka bingung menatap kami yang sedang menangis.
“Anak-anak, hari ini kami mengumpulkan kalian karena ingin memberitahukan berita duka. Innalillahi wa innaillaihi rojiun, telah berpulang kerahmatumullah nama Diki Hunggul Prakoso kelas 9A kemarin Rabu, 14 Juli 2010 pukul 10.30 malam. Adapun jenazah akan dikebumikan hari ini Kamis, 15 Juli 2010 pukul 10.00 pagi. Bagi anak-anak 9A, diharap menghadiri pemakamannya. Untuk yang lain dapat kembali ke kelas masing-masing”, kata Pak Kepala Sekolah.
Setelah itu, kami langsung berbondong-bondong menuju ke rumah Diki. Di sana sudah banyak sekali tamu yang memadati rumah Diki. Setelah dipersilahkan, kami bergantian mendo’akan Diki. Pukul 10.30, kami menuju ke tempat pemakaman. Di sana, dia dimakamkan bersebelahan dengan kakaknya


~~#~~


Setahun sudah Diki meninggaklkan kami. Ini Ramadhan kedua setelah Diki pergi. Kini ia telah tenang disisiMu, Ya Allah. Diki, kami di sini selalu mendo’akanmu. Jujur, kami rindu kamu. Tetapi,  sekali kamu teman kami, sahabat kami, dan keluarga kami, kamu akan selamanya seperti itu untuk kami. Sebenarnya, aku sendiri bukan orang yang dekat denganmu, tapi aku di sini selalu merindukanmu dan akan selalu mendo’akanmu. Diki, aku ingin kamu jangan pernah melupakan kenangan-kenangan selama hidupmu. Kami di sini juga tak akan pernah melupakanmu beserta kenangan-kenangan yang kami semua lalui denganmu. Semua itu akan tersimpan dalam memori otak kami sebagai kenangan terindah denganmu.
Sekali lagi, kami sangat merindukanmu dan kami tak akan pernah lupa untuk mendo’akanmu. 
Diki Hunggul P.